Kampar – Bupati Kuantan Singingi, Dr. H. Suhardiman Amby, MM, yang juga bergelar Datuk Panglimo Dalam, dijadwalkan menghadiri peringatan Hari Bhayangkara ke-79 yang diselenggarakan oleh Kapolda Riau, Irjen Pol Hery Heriawan, di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Rimba Baling, Kabupaten Kampar, Riau.
Kegiatan ini merupakan bagian dari langkah progresif Kapolda Riau dalam mempromosikan penyelamatan lingkungan hidup dan pengembalian fungsi hutan konservasi, sebagaimana diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Rimba Baling dipilih sebagai lokasi peringatan sebagai simbol komitmen terhadap konservasi hutan dan pelibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan.
Suhardiman Amby: Tokoh Anti-Ilegal Logging dan Perusakan Hutan , Bupati Suhardiman Amby dikenal sebagai sosok yang konsisten dalam memperjuangkan penyelamatan hutan. Saat menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Riau, ia merupakan Ketua Pansus Monitoring Perizinan dan Lahan Tahun 2017, yang berhasil mengungkap perkebunan sawit ilegal seluas 1,4 juta hektare di berbagai daerah Riau.
Temuan tersebut memperlihatkan potensi kerugian negara hingga ratusan triliun rupiah akibat aktivitas tanpa izin yang merusak lingkungan. Laporan lengkap hasil pansus telah diserahkan ke Istana Negara, DPR RI, KPK, Kejaksaan Agung, dan berbagai lembaga pengawas nasional.
Kondisi SM Rimba Baling: Potensi Besar, Tantangan NyataSM Rimba Baling merupakan kawasan konservasi seluas lebih dari 13.000 hektare yang menjadi rumah bagi satwa langka seperti harimau sumatera, beruang madu, dan beragam jenis burung endemik. Selain fungsi ekologis, kawasan ini juga menjadi sumber air dan penyeimbang iklim lokal.
Namun, berbagai persoalan masih menghantui: Perambahan hutan ilegal, Perladangan liar, Patrli yang terbatas, Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap konservasi, Desa Tanjung Belit Surga Wisata di Tengah Rimba
Berbatasan langsung dengan Rimba Baling, Desa Tanjung Belit menyimpan potensi besar sebagai destinasi ekowisata. Keindahan air terjun Batang Kapas, rafting di Sungai Subayang, serta kearifan lokal masyarakat adat menjadikan desa ini sebagai permata tersembunyi di hulu Kampar. Sayangnya, keterbatasan infrastruktur masih menjadi kendala utama. Akses jalan sulit dilalui saat musim hujan, Fasilitas wisata belum memadai, Belum ada pengelolaan terpadu antara pemerintah, masyarakat, dan pengelola konservasi. Kolaborasi untuk Masa Depan Hutan dan Masyarakat
Kepala Desa Tanjung Belit menyampaikan bahwa masyarakat sangat antusias mendukung pengembangan wisata berbasis alam, namun perlu perhatian lebih dari pemerintah daerah dan pusat. Beberapa rekomendasi utama: Peningkatan aksesibilitas dan infrastruktur dasar Pendampingan desa wisata dan pelatihan masyarakat, Keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga hutan.
Bupati Suhardiman Amby menyatakan bahwa momentum HUT Bhayangkara ini harus dimaknai sebagai awal dari kolaborasi nyata antar-instansi dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rimba Baling dan Tanjung Belit adalah simbol harmonisasi antara alam yang lestari dan rakyat yang sejahtera. Dengan sinergi lintas sektor, kita bisa menjadikan kawasan ini sebagai contoh keberhasilan konservasi berbasis masyarakat," ungkap Suhardiman. ( Rocki)
#rimba